ImageHost.org ImageHost.org

Melarai Justru Leher Hampir Putus

* Insiden Maut di SPBU Longkang

TAMIANG LAYANG Nasib malang menimpa Saptono alias Endot  (46) Bin Yuda Bakti, warga Jalan Pelita Kelurahan Tamiang Layang Kecamatan Dusun Timur Kabupaten Barito Timur Kalteng ini. Disamping mendapat luka bacok, lehernya juga hampir putus ditebas ketika akan melarai perkelahian di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Longkang Desa Jaar Kecamatan Dusun Timur Bartim, Minggu (19/2) lalu sekira pukul 07.30 WITA.

Tidak hanya korban Saptono, anaknya Kristian PHW Anu (14) yang masih pelajar Kelas VIII SMP Negeri 1 Tamiang Layang juga diparang pelaku bernama Novi Candra (22) Bin Saibani (52), warga Desa Kincong Kecamatan Banua Lima, Bartim.
Saptono tewas seketika sesaat setelah berusaha melerai pertengkaran antara pelangsir dan petugas SPBU, karena dibacok secara membabi buta oleh Novi, sementara kristian juga berniat menolong ayahnya, turut menjadi sasaran amuk warga Desa Kincong Kecamatan Banua Lima tersebut.
Korban tewas dengan luka bacokan di leher dan punggungnya. Beruntung Kristian yang juga dalam kondisi sangat kritis akibat luka parah di bagian perut, segera dilarikan ke RSUD Banjarmasin, sehingga nyawanya masih tertolong.
Peristiwa berdarah yang sempat menghebohkan warga kota Tamiang Layang ini menurut Kapolsek Dusun Timur melalui Pejabat Pembuat Informasi dan Dokumentasi (PPID) Ipda Dhani, dipicu pertengkaran mulut antara para pelangsir dengan petugas tidak resmi SPBU.
Awalnya korban Saibani yang juga PNS di Kecamatan Benua Lima bersama anaknya, Novi Candra pagi itu datang untuk ikut melangsir di SPBU. Namun setelah mendapat informasi bahwa pengisian tidak bisa dilakukan karena mobil tangkinya belum datang, keduanya kemudian berbalik untuk menuju SPBU Kunding di perbatasan Bartim-Tabalong Kalsel.
Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan mobil tangki tersebut, sehingga keduanya pun kembali ikut antre di SPBU Longkang.
Merasa tadinya telah cukup lama di tempat itu, Arbani bersama anaknya Novi ingin kembali ke antrean yang telah ditinggalkan sebelumnya. Ternyata hal tersebut tidak bisa dilakukan, karena antrean cukup rapat dan panjang. Mereka kemudian menyerobot masuk SPBU,” jelas Ipda Dhani.
Melihat ulah keduanya, salah seorang petugas tidak resmi SPBU, Ican kemudian menegur sambil meminta Arbani dan anaknya untuk keluar dari SPBU, tetapi hal itu tak diindahkan, karena mereka merasa Ican bukan petugas resmi.
Merasa dilecehkan, Ican yang biasanya juga mendapat imbalan dari para pelangsir itu kemudian pulang dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan sebilah mandau di tangan.
Ia berteriak-teriak mencari Arbani. Yang bersangkutan bersama anaknya kemudian mengambil parang dari bawah jok mobilnya dan menyerang balik. Ican pun kabur namun terus dikejar oleh Arbani. Tiba-tiba korban Saptono datang dan langsung memeluk Arbani dengan maksud melerai dan meredam emosinya. Tetapi tak disangka Novi datang melepaskan pelukan dan langsung mengayunkan parang lalu menusukkannya tepat ke belakang tubuh korban. Tak memberi kesempatan, ia kembali menebas bahu korban sebanyak 2 kali mengenai leher kanan dan kiri, sehingga korban tumbang bersama Arbani. Saptono menjerit kesakitan, ia roboh bersimbah darah.
Sebelum tewas, Saptono sempat meminta tolong anaknya. Cristian yang mencoba membantu dan memeluk ayahnya, ternyata juga diserang oleh Arbani dan Novi hingga luka parah akibat tusukan di perutnya. Kedua pelaku kemudian kabur.
Saat ini tersangka Novi Candra sudah diamankan di Mapolres Bartim, sementara Ican masih dalam pengejaran. Akibat perbuatannya, tersangka terancam hukuman 8 sampai 10 tahun penjara. Metro7/M.Jaya 
Comments
4 Comments

4 komentar:

Hartinus mengatakan...

Nah ne bujur banar, kami waktu kajadian ada disana. sukses metro7, salut dan maju pantang mundur membela yang benar.

Susei mengatakan...

SUkses buat Metro7, koran kebangaan kami warga amuntai.Tolong liput terus perkembangan pilkada di HSU, buat Metro7 sukses ya.

Purnawan Yudha Bakrie mengatakan...

Bagi saya selaku adik kandung korban (Sabtuno Yudha Bakrie), uneg-uneg yang masih tersisa :
1. Dimana Security SPBU saat kejadian? bukankan security bertugas 24 Jam (walaupun itu aplusan/bergantian)? Mengapa bukan Security yang berusaha melerai sesuai fungsinya sebagai pengaman? Mengapa SPBU mempekerjakan Security yang tidak bernyali? mengapa? mengapa? mengapa?
2. Yang sangat disesalkan..., sampai hari pemakaman bahkan sampai hari ini belum ada ungkapan penyesalan dan permohonan maaf secara langsung dari Pihak tersangka kepada kami.
3. dari Pihak Pemicu insident juga tidak ada menyampaikan hal serupa maupun karangan bunga tanda turut berduka cita.
4. dari Pihak Management SPBU Longkang..., hingga malam ibadah penghiburan, juga tidak ada ungkapan bela sungkawa atau ungakapan turut berduka cita. padahal Korban ini tewas karena bermaksud melerai agar tidak terjadi keributan di SPBU tersebut (Tapi apa mau dikata, insident ini tetap terjadi).

Khairani Abbas mengatakan...

buat bapak Purnawan Yudha Bakrie,
wah saya baru tahu kalau faktanya memang begitu, seharusnya keluarga pelaku yang proaktif membantu, kalau pelaku tidak bisa berbuat apa2 krn berada didalam tahanan.
saya mengucapkn belasungkawa dan berduka cita atas musibah terjadi, mudahan keluarga diberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini..amiin

Posting Komentar


Redaksi Metro7 : 0526 2025606 | Email : redaksi@metro7.co.id
Bagian Iklan|Sirkulasi : Suwarto SE 0852 4845 7878